Sabtu, 16 Oktober 2010

A Shooting Star ( Bintang Jatuh cerpen by Shinta Dewanti)


Bintang Jatuh
Karinna Melfrant Laurence,ya itulah nama yang diberikan ibuku dimalam kelahiranku .Entah apa harapannya saat ia membisikkan nama itu kepada ayah dan kemudian terlelap abadi.Aku tinggal dengan ayah hanya sampai umurku sekitar 4tahun.Tepat setelah pesta ulangtahunku yang keempat,Ayahku menitipkan aku di sebuah panti asuhan yang orang-orangnya sangat aku cintai sampai sekarang ini.Aku begitu ingat saat pertamakali ayahku memperkenalkan aku pada seisi panti asuhan itu.Mereka mengagumi rambutku yang hitam dan unik juga mataku yang dibilang indah.Aku ingat ,aku hanya bisa tersenyum dan menyapa semua orang.Kulalui masa kecilku yang indah di panti asuhan itu.Namun tetap ada sebuah kehampaan dalam hati saat ayah tak kunjung datang membesukku seperti yang pernah ia janjikan padaku.
“Aku rindu ayah..tante Amanda,aku mau ayah”.
Bahkan malam malam tahun baru kuhabiskan dengan menangis sendiri di kamarku.
Saat perpisahan SD,aku menantikan kedatangan ayah yang memang tak kunjung datang.”Ayah ada dimana?”tanya hatiku pilu.Aku merasa sangat kesepian,ditambah lagi,aku tidak punya teman sebaya di panti  itu.
“Karinna”tante Amanda memanggilku dan menggandengku ke loteng dan kami melihat bintang bersama malam itu.”Bintang jatuh” teriak ku.Tante Amanda hanya tersenyum dan kemudian menjelaskan dengan panjang lebar dengan bahasa sains yang aku tidak mengerti,intinya itu bukan bintang jatuh.Tapi sesuai dengan kartun kartun yang biasa kutonton,kukatakan sebuah permohonan dan berharap permohonan itu terkabul.Semenjak itulah,kuanggap bintang bintang di malam hari menjadi teman baruku.
Harapanku terwujud,Aku menemukan seorang sahabat bernama Angel,tepat seperti namanya..Ia bagaikan malaikat untukku.Orangtua Angel  meninggal karena sebuah kecelakaan.
“Jangan kau tanyakan aku itu lagi,aku muak!”.Itu yang selalu keluar dari mulut Angel saat aku bertanya penasaran soal orang tuaya.
Semenjak saat itu aku tidak pernah menyinggung hal semacam itu lagi.
Pada saatnya kami sama-sama duduk di bangku SMP.Sebuah sekolah swasta tempat kenangan terindahku dengan Angel.
“Ishh,manis sekali senyum ketua osis..yakan,Rin?”.Itu yang selalu kuingat saat Angel memandangi Jonathan sang ketua osis SMP kami.Itu juga hal yang mendorong aku dan Angel untuk mengikuti seleksi osis angkatan kami hingga akhirnya kami berdua sama sama terpilih dan resmi mendapat jabatan yang penting.
Aku termasuk orang yang cukup sibuk di osis,terkadang nilaiku hampir terbengkalai karena semua kesibukan itu.Aku iri terhadap teman temanku yang selalu dimarahi dan diperhatikan orang tua mereka apabila pulang terlalu malam.Aku bahkan sangat iri terhadap temanku yang terkadang diantar jemput oleh orang tuanya.
Jika ingat ayah hatiku teriris iris,tapi,dalam hatiku berkata,hidup harus terus berlanjut.Ditambah lagi sahabatku Angel yang selalu menemaniku.
Hingga pada suatu malam saat Study Tour.
“Karinna,Karinna!Tolong aku!”.Aku terkejut membaca sms darinya,saat itu aku memang terlelap di kamar kelasku.Aku menelpon ke handphonenya yang tak kunjung mendengar jawaban.
“Ayolah Angel,angkat telponnya”aku terus menggerutu.Tak lama aku bergegas ke kamar kelas  Angel yang ternyata sudah kosong dan gelap.
Malam itu bintang memang indah sekali,sepintas saat aku berlarian di halaman villa sambil melihat langit,dan aku ingin sahabatku Angel melihat ini.Dan seksama kuperhatikan,bintang jatuh yang kata tante Amanda itu tidak ada pun kulihat lagi.
Jantungku berdebar,pikiranku serasa tak karuan.Hatiku bimbang dan seolah merasa akan kehilangan sesuatu atau seseorang.Dan handphoneku berdering.
“Karinna kamu kemanasaja!Angel dalam masalah!”,ya,itu Sophie salah satu teman sekelasku yang mengatakan hal itu.Aku bergegas kembali,berlarian menyusuri villa dan tiba tiba kutemukan kerumunan anak anak SMPku dengan wajah terkejut dan heran di pinggir sebuah kolam.
Kuterobos kerumunan itu,dan aku tidak percaya apa yang telah kulihat.
“Angel..............”teriakku.Bagaimana tidak histeris,kulihat sahabatku terbaring bersimbah darah di pinggir kolam.Saat kudekati tubuh sahabatku yang sudah tidak bernyawa itu,kutatap bintang itu .Tertutup oleh awan di malam yang sangat dingin
Aku telah kehilangan satu lagi orang yang mengisi kehidupanku.
“Seandainya saja aku bersamanya waktu itu”
“Seandainya saja kami menuruti kata kata tante Amanda yang melarang kami ikut study tour”
Hanya beberapa patah kata penyesalanku,yang tak mungkin bisa mengembalikan Angel.
Kebiasaanku dimasa kecil terulang lagi.Menatap bintang sendirian di atap rumah.
“Ayah,Ibu,Angel...mangapa kalian tinggalkan aku”.
“Eh,Karinna”tante Amanda mengagetkanku.
“Tante mendapat pekerjaan di perusahaan antariksa ibukota”sambil tersenyum”jangan merindukan aku yah,Karinna sayang”.
Aku hanya menitikkan airmata,karena selama ini temanku hanya Angel dan Tante Amanda yang tukang ngomel dan cerewet.Kini dia juga pergi.
“Tante Amanda akan sering berkunjung kesini kan?”tanyaku.
“Tentu saja sayang.”ia mangusap airmataku dengan tissue.
Seminggu kemudian saat aku pulang sekolah,tante sudah berangkat.Jerry memberikan jam tangan titipan Tante Amanda untukku.
Kembali lagi ke kamar dan berduaan saja dengan gitarku.Tinggal dia saja temanku.Hanya melantunkan dan memainkan sedikit dari teknik yang kupelajari dari band band metal kesukaanku.Belajar sampai tengah malam,tidur sendiri.Ya,itulah rutinitas terbaruku semenjak Angel dan Tante Amanda pergi.
Hingga tiba saat kelulusan SMP.”Aku lulus”teriakku bahagia.Dengan nilai yang lumayan untuk bekal masuk ke SMU negeri.Lagi aku berharap ayah datang menyaksikan momen ini.Tapi lagi lagi,ayah tidak datang.Aku mendaftar SMU sendirian,menikmati kebahagiaan masuk SMU favorit sendirian dan tak ada yang membanggakan aku didepan orang orang.
Mulai kelas 1,aku cenderung lebih akrab dengan anak laki laki.Mereka senang bergaul denganku karena selera musikku sama dengan mereka.Tapi tetap saja hal itu tidak mengisi kekosongan hidupku.Rasa sakit,rasa sesak,rasa sedih..Hanya itu yang ku tahu.
Mereka memanggilku Melancholyst.Yang artinya cukup mengejek bagiku.Si muka sedih,tapi julukan itu memang pantas untukku.
Menginjak kelas 2 SMA,teman kelas 1ku Dave mengajakku bergabung dengan band metalnya.Dan aku memulai eksistansiku di dunia musik underground bersama bandnya.
Julukkan melancholyst kadang kadang mengganguku.Bahkan sampai aku tumpahkan soda ke baju seorang siswi karena mengejekku dan melecehkanku dengan julukan itu.
“Karinna,kamu mau jadi jagoan?”teguran guru BP yang biasa menangani kasusku.Aku hanya berlalu dengan hati pedih dan merasa semua tidak adil.
3 tahun telah berlalu semenjak kematian sahabatku yang masih jadi kasus misteri bagi polisi yang menyelidikinya.Tapi kenangan dan detik detik saat aku kehilangannya masih tercetak jelas di dalam otakku.
Membayangkan pesta graduasi SMA bersamanya.Menikmati konser musik di pensi kelulusan yang gila gilaan bersamanya.Berharap ayah datang dan melihat aksiku bermain gitar saat itu.Ya,harapan harapan semu.
Dan kembali kujalani hidupku di panti asuhan sambil kumencari pekerjaan baru agar bisa membiayai kuliahku sendiri.Hingga ku dengar kabar bahagia dari Tante Amanda yang minggu ini akan melangsungkan pernikahan di taman kota.
“Tentu saja aku akan datang tante.”jawabku girang saat tante Amanda menelponku mengabari hal itu.
Hari pernikahan tante Amanda sangat megah dan meriah.Tak disangka ia menemukan seorang pria tampan dan kaya yang akan menopang dan menjaga hidupnya seterusnya.
“Aku terkesan”
Tante Amanda tersenyum bahagia melihat kedatanganku.Dan sangat bangga saat kuceritakan tentang sekolahku,bandku,dan lain lain yang aku ingin ceritakan dengannya mulai dari hal sepele.
Ia menawarkan aku untuk tinggal dengannya dan suaminya yang membiayai kuliahku.
“Tentu saja”jawabku tanpa pikir panjang.
Aku pasti bahagia tinggal dengan orang yang menyayangiku seperti tante Amanda.
Saat kepergianku,teman temanku yang lain di panti agak sedih melepasku,tapi mereka senang mengetahui bahwa aku akan tinggal bersama Tante Amanda yang sangat menyayangiku.
Johansson,nama yang keren bukan?Itulah nama suami tante Amanda.Dia sangat ramah padaku.Dan selalu memenuhi kebutuhanku.Seperti sosok ayah yang selama ini kurindukan.
Tapi semua berubah saat aku lulus kuliah.
Muncul mertua tante Amanda yang sangat membenciku entah kenapa.Bahkan menghinaku soal aku yang dibilang tidak jelas asal usulnya.
Aku sangat tersinggung dan kemudian kutinggalkan rumah itu dengan rasa sakit hati dan juga sedih apalagi aku sangat menyayangi tante Amanda dan om Johansson seperti sosok orang tua yang sangat aku rindukan.
Hidup sendirian lagi di sebuah rumah kost ibu kota.Manjadi waiter di sebuah cafe dan manggung di konser konser underground untuk menghidupi diri.
Harapan ku hancur,hidupku hancur.Hanya itu yang selalu terucap dalam bathinku setiap aku melamun.
Lagi kumenghibur diri di atas atap rumah kost nyonya Daisy yang cerewet.Menatap bintang,bulan yang gemerlap dan indah.”Andaikan hidupku seindah itu”
Aku ingat perkataan guru BPku sewaktu SMA dulu.Bu Julie yang aslinya sangat ramah,baik hati dan penuh kasih sayang terhadap semua murid.
“Tidak ada yang tidak bisa dilakukan,tidak ada yang namanya hidup yang telah hancur,segalanya hancur saat kita telah menemui yang namanya sebuah kematian”
“Andaikan aku yang mati saat dilahirkan,bukannya ibuku yang mati saat melahirkan aku.Semua tidak adil”
“Andai saja ada seorang atau sesuatu yang merenggut nyawaku tiba tiba dan aku bisa bertemu ibu dan Angel di alam sana.”
Aku lelah dan akhirnya aku terlelap di atap rumah kost.Seseorang melemparku dengan batu sehingga aku terbangun.
“Kupikir kau sudah mati”ucap orang aneh itu.
“Brengsek,jangan sembarangan,dasar tidak berguna!”bentakku.
Orang itu hanya berlalu dan seolah menyadarkan aku pada sesuatu.Hal yang sepele.
“Masih ada yang peduli pada hidupku meski ia hanya orang yang tidak berguna dan iseng melempar batu kearahku.”
“Hei dari semalam kamu tidur disitu?!”bentak nyonya Daisy.
“Ya”kujawab singkat.Tak biasanya nyonya Daisy menegurku pagi pagi begini,karena biasanya kami hanya bertegur sapa bila tanggal bayar kost sudah dekat.
Aku hanya terduduk di ruang makan yang sepi,sepertinya kakak kakak yang di kost sini belum terbangun dari alam mimpi.Wajar,ini hari Sabtu.
Tiba tiba pandanganku teralihkan oleh sebuah pemandangan yang memang benar benar indah bagiku.Tak disangka pemandangan indah tu tersenyum padaku.
“Hai”sapanya ramah.”Tampan sekali”bathinku.
Segera kuusap usap wajahku yang kusut dan membalas sapaannya.
Ternyata itu anak angkatnya nyonya Daisy.
“Jimmy,kau sudah datang?!”
“Baru sampai,ma”jawab si tampan itu.
Jimmy,nama yang indah ya?Sebanding lah dengan wajahnya yang tampan.
Tak lama si pemandangan indah itu masuk ke sebuah kamar.
Aku cepat cepat beralih.daripada aku terlena terbawa suasana sampai sore tanpa mandi.
Aku putuskan untuk menghabiskan akhir pekan di Cafe tempatku biasa manggung.
“hei,Melancholystical”.Panggilan itu mengejutkanku.
Tidak ada yang memanggilku seperti itu kecuali teman teman SMA ku .Aku menilik nilik di balik kerumunan orang banyak mencari sumber suara itu.
“Robin!Apa kabar?”.Ah itu Robin teman SMA ku.Kami berbagi cerita soal kehidupan kami masing masing.Dan ternyata Robin mengenal Jimmy.Si pemandangan indah.
Katanya Jimmy pernah jadi waiter di sebuah cafe dimana pertama kali aku membentuk bandku.
Senangnya mengetahui sedikit info dari si pria tampan itu.
Malam semakin larut,dan Robin meninggalkan aku.Bermain bersama ‘bitches’ yang tersedia tiap jam malam di cafe itu.
Riuh rendah musik dan ramainya kerumunan orang.Kukira segelas minuman keras yang tadi kuminum tidak berpengaruh apa apa.Aku mabuk.Sepertinya memang begitu.Sulit mengendalikan diri dan emosi.Aneh rasanya seperti melayang.Pusing.Dan aku menyenggol seorang wanita.
Dia terlihat murka akibat gaun malamnya basah kuyup tertumpah Deep Blue Ice Drink karena kusenggol tadi.Dan ternyata wanita itu juga mabuk berat.Aku hanya berlalu,berjalan terhuyung huyung mencari tempat duduk berharap bisa tidur sampai pagi dan menghilangkan kemabukan ini.
Tiba tiba kudengar suara kaca pecah tepat di belakangku.Ternyata wanita tadi memukul kepalaku dengan botol.Kusadari kepalaku bersimbah darah sampai Cardigan hitam yang kukenakan berubah warna menjadi maroon akibat terkena darahku sendiri.
Masih dalam keadaan mabuk,aku membalas perbuatan wanita itu meski tidak seberapa dengan luka parahku.Aku menampranya dengan sepatu sportku dan sedikit menambah riasan ungu di pipinya.Lagi aku berlalu dengan kepala yang sakit luar biasa.Orang orang hanya memperhatikanku.Kulihat Robin yang terkapar di sofa,tertidur lelap karena mabuk.Dan orang orang itu berteriak”awas”
Taklama aku terkapar dengan luka robek di punggungku yang mebuat cardigan hitamku berubah warna menjadi merah tua.Aku tak sadarkan diri alias pingsan.
Saat aku terbangun,kulihat pemandangan putih.
“Hore,akhirnya aku mati”
“Selamat pagi,nona Karinna”seorang suster menyapaku.Ternyata aku tidak mati karena kejadian semalam.Aku hanya termenung saat suster itu menyiapkan sarapan pagiku.Luka di kepalaku terasa pedih dan kepalaku masih terasa pening.Kembali aku terlelap setelah kucicipi sedikit bubur buatan rumah sakit yang rasanya sangat hambar itu.
Kukira aku sedang bermimpi indah ketika kulihat si wajah tampan itu.
“Jimmy..!”,aku terkejut.
Dengan wajah yang agak kaget karena aku terbangun tiba tiba .Dia hanya tersenyum manis sambil mengotak atik laptopnya yang keren itu.
“Kenapa bisa jadi begini sih?”tanya Jimmy,membuka pembicaraan.
Aku tertegun sebentar dan menjawab,”Sedang sial,padahal aku harap aku mati”
“Jangan begitu!!”bentak Jimmy dengan wajah yang agak marah.Aku tersentak,wajahnya makin tampan saat sedang marah begitu.”Iya,aku tidak akan berkata begitu lagi”
Aku hanya dirawat selama 12 hari,kemudian aku kembali pulang ke rumah kost nyonya Daisy.Aku kira dia akan menyambutku dengan segudang tagihan kost ku.Ternyata aku salah,dia menyambutku dengan senyuman hangat dan sepiring kue coklat yang manisnya kelewatan dan membuatku enek.
Aku menganggap itu barusan sebuah pesta penyambutan ku.Hatiku rasanya hangat bila seperti itu.Senang sekali ada yang memperhatikan aku sedemikian rupa.Meskipun rasa enek akibat kue coklat yang tadi kumakan masih membayangi lidahku saat aku berbaring.Namun pada akhirnya akupun terlelap juga di sofa.
Malam hari hujan begitu deras,aku duduk di depan rumah kost nyonya Daisy dan lagi lagi teringat Angel dan kepikiran soal ayah.
“Kenapa sampai aku setua ini aku tak kunjung bertemu dirimu ayah?”
Kadang terlintas di benakku,mungkin ayah sudah lupa padaku,atau bahkan ayah sudah pergi menyusul ibu dan Angel? “Dhuuaaarrr”.Petir menyambar dengan suara yang sangat keras dan menyadarkan aku dari lamunan lamunan tidak berguna itu.
Aku kembali ke kamarku dan mencoba tidur.Aku keluar menuju ruang makan mencari sesuatu untuk membasahi kerongkonganku.Dan aku mendengar suara keributan dari kamar Jimmy.
Aku perhatikan baik baik.Ia sedang bertengkar dengan seseorang via telpon.
“Jangan coba coba kau lari lagi,aku tahu dimana kau berada sekarang.Polisi sudah lelah akan kasusmu.Kau akan mati,pencuri busuk!”kira kira begitulah perkataan Jimmy.
Selidik demi selidik,ku telisik apa sebenarnya pekerjaan Jimmy.Dan lagi realita kehidupanku membuatku kaget.Mengejutkan ternyata Jimmy merupakan seorang pembunuh bayaran yang berkedok pegawai pemerintah.Dia memang pembunuh,tapi dia membunuh demi kepentingan negara kabarnya.Tak heran ,nyonya Daisy sangat menyayanginya.Dengan pekerjaan yang penuh resiko semacam itu,nyawa Jimmy bisa melayang kapan saja.Astaga.
Dengan sedikit keberanian yang memang dipaksakan oleh rasa penasaranku teerhadap si tampan itu,akhirnya kuputuskan untuk basa basi bertanya langsung kepadanya untuk membuktikan segala info yang kudapatkan.
“Hai,Jimm...”
“Ya”,jawabnya singkat sambil mengotak ngatik laptop kerennya itu.Dan kuintip intip ,apa sebenarnya yang dia kerjakan di dalam laptopnya itu.
“Foto siapa?”
“Ini orang orang yang menjadi target pekerjaanku nanti”
“Target??”
“Jangan pura pura tidak tahu,Karinna,aku tahu selama ini kau mengawasi gerak gerikku,ya kan?”
“hahaha”aku hanya bisa tertawa malu dan tiadk menyangka dia bisa mengetahui itu.
Padahal aku sudah berusaha hati hati melakukan semua ini,batinku.
“Yaaahh kalau sudah ketahuan begini sama Karinna yah mau bagaimana lagi?”jawab Jimm santai.Lagi lagi sikap santainya itu membuatku terpesona.”hahaha”
Sejak saat itu hubunganku dengan Jimm semakin dekat melebihi teman biasa,namun au belum berani berkomitmen lebih jauh lagi menaggapi hal itu.Untungnya bisa kutanggapi dengan santai hal semacam ini.
Jimmy membantuku melupakan segala kenangan pahit kehidupanku meskipun sejenak.Lagi kupercaya kepada setiap permohonanku pada bintang jatuh yang kata Tante Amanda itu tidak ada.
“Percaya keajaiban?Seperti anak TK saja”
Entah kenapa Jimmy selalu menjadika anak TK sebagai pembanding di tiap ucapannya.Si tampan yang aneh.
“Jimmy punya kenangan yang sangat buruk saat ia masih TK”ucap nyonya Daisy,ibu Jimmy.namun aku tidak memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut mengenai hal itu.
“Karinna,kau kuliah jurusan hukum sampai D3 kan?”
“Ya,kenapa?”tanyaku heran.Tidak biasanya Jimmy menanyakanku hal semacam itu.
“kami kekurangan orang,terutama wanita”
“Maksudmu?”
“Intinya,bergabunglah dengan pekerjaanku ini,Karinna”jawab Jimm sambil mengulurkan tangannya.Ajakan yang hangat pikirku.Tapi sekali lagi harus aku pertimbangkan,ditambah lagi resiko yang begitu berat.”Nyawaku bisa melayang kapan saja”batinku.
“Aku pertimbangkan dulu yah Jimm..”
“Jangan ragu ragu Karinna,ini kesempatan,kamu bisa sambil mencari tahu keberadaan ayahmu”
“hmm,bagaimana yah” .Itu menurutmu,tapi kalau saja takdir berkata lain dan aku mati sebelum bertemu lagi dengan ayahku yah percuma saja aku hidup,tapi aku dihadapkan kepada sebuah dilemma,”kalau aku mati ‘kan aku bisa bertemu dengan ibu dan Angel”pikirku.
“Ayolahh”desak Jimm.
“Beri aku waktu sejenak untuk berfikir Jimm,oke?Tidak semudah itu menentukan pilihan semacam itu”
“Tataplah bintang di langit yang kau anggap temanmu itu Karinna,kau akan temukan jawabannya”jawab Jimm dengan senyum manisnya.
Kuturuti perkataan Jimm,malam itu aku bermalas malasan diatas atap dan memandangi langit yang gemerlap dan bertabur bintang.Indah sekali yah?Lagi lagi aku berharap hidupku seindah itu.
“A shooting star!”seseorang berteriak.
“Jimmy!mengagetkan saja,huh”
“Benar ada kok tadi,hahaha,kamu kurang memperhatikan yah Karinna?”jawab Jimm dengan senyuman indahnya.”Sepertinya”
“Jimm,aku takut”sambil memegang tangan Jimm.”Kenapa?apa yang membuatmu takut sih?ada aku disini,hehe”
Aku hanya tersenyum,dan lagi aku melihat bintang jatuh yang kata Tante Amanda itu tidak ada dan katanya hanya sebuah biasan cahaya langit di malam hari.Semoga ini bukan pertanda buruk.
Kuputuskan untuk menerima tawaran Jimm,dan kudapatkan pekerjaan menantang itu.Walau bagaimanapun,aku telah berani menjadikan nyawaku sebagai taruhan.”Jangan sampai aku dipecundangi oleh taruhan ini”itulah misiku.
3 tahun kujalani pekerjaan ini,gajinya sangat memadai untuk sebuah gaya hidup yang glamor dan boros fikirku.Terang saja Jimm punya gadget yang bagus bagus di kamarnya.
Kesenanganku berlanjut dan pekerjaan ini kujalani dengan nyaman dan Jimmy selalu ada disisiku.Hingga suatu kasus yang kami tangani malam tanggal 24.
“Karinna,bawa mobil ini ke depan lobby hotel,tetap pada penyamaran,jangan biarkan mereka memeriksa lensa kontakmu,bersikaplah biasa,kutunggu kau di lantai 21.”perintah Jimm atasanku sambil terburu buru.
Saat ini aku dan Jimm hampir gol dalam sebuah kasus yang berkali kali gagal karena kami,disini kami mau membayar semua kesalahan kami yang membiarkan seorang pengedar obat obatan terlarang di negri kami terlalu lama marasakan udara bebas.
“Silahkan parkir disana nona”ucap seorang tukang parkir hotel.Tidak biasanya disuruh memarkir sendiri,biasanya kami hanya tinggal memberikan kunci mobil dan masuk hotel.
Kuparkir mobil dengan santai dan tenang,mereka tidak memeriksaku samasekali disini.Dan kususuri hotel hingga menemukan lift dan naik ke lantai 21 yang dimaksud Jimm.
“Pesta yang mewah”ucapku dalam hati begitu pintu lift terbuka dan menunjukkanku sebuah pesta yang sangat mewah dan gemerlap.
“Pesta pertunangan hanyalah iming iming,mereka sedang merencanakan sesuatu disini,dan aku percaya kita akan segera membunuh Louis M Haeleen si pengedar heroin yang licik dan rumit itu.”ucap Jimm yang tiba tiba muncul di belakangku.”Oke”
Kunikmati pesta itu selayaknya aku menghadiri sebuah pesta pertunangan yang biasanya.Makan makanan yang lezat,minuman yang disajikan dengan gelas yang sangat pelit dimana gelasnya tidak lebih besar dari telapak tanganku dan cukup digenggam dengan jari,tak tanggung tanggung isinya juga Cuma bisa di tenggak 1 kali.”Ini pesta yang glamor tapi minumannya kok seperti orang melarat yang kesulitan air sih?”kata Jimm sambil tertawa kecil.
Musik terus mengalun,Jimm mengajakku berdansa untuk sedikit menghilangkan penat.Romantis.Manis sekali.Tapi ditengah suasana indah itu,tiba tiba lampu padam,aku menggenggam tangan Jimm dengan erat agar tidak lepas dariku.”Tetap di sampingku Karinna,siapkan senjata”
Tiba tiba sebuah lampu sorot mengarah ke kami berdua.
“INI DIA BINTANG TAMU YANG KITA TUNGGU TUNGGU,PRINCESS KARINNA DAN PRINCE JIMMY”
Kami panik dan tetap memegangi senjata kami,tiba tiba polisi datang dan mengerumuni tempat itu.”Ini emas,ayo cari si brengsek itu”kata Jimm.Tapi anak buah Louis mengejar kami.
Baku tembak pun terjadi,aku tetap memperhatikan Jimm karena aku takut sebuah peluru mengenainya dan merenggutnya.Kami berlari sambil menembakkan sejumlah peluru keorang orang yang mengikuti kami.
“Sini ,cepat!Karinna..!!”Jimm membuka pintu dan mengajakku masuk.
“Ketemu juga ya,anakku.”kudengar seorang pria menyapaku.
Kupandangi wajah Louis si penjahat itu dan terkejut.”Kau..!!”
“Jangan membodohi aku..!!”kutodongkan pistol kearah pria itu.
“Baru 21 tahun tidak bertemu saja kau sudah melupakan wajah ayahmu sendiri,Karinna Melfrant Laurence”
“Dia ayahmu???”tanya Jimmy kaget.Dan menodongkan pistolnya juga ke pria itu.
Aku bingung,aku takut,hati kecilku berkata memang Louis memang benar benar ayahku.Aku marah,aku kesal.Bertahun tahun ia meninggalkan aku dan tidak pernah menemuiku sama sekali.Hari hari suram,momen momen penting yang seharusnya ayah melihatnya bersamaku pun kulalui dengan kepedihan.Namun semarahnya aku terhadapnya,tak mungkin sanggup untuk membunuhnya meskipun bukan dia yang membesarkan aku seperti ini.
“Akhirnya takdir yang menemukan kita yah?Anakku”kata Louis sambil tertawa licik.Aku menjatuhkan pistolku dan lari keluar meninggalkan ruangan itu.
“Karinna..!!!”kudengar jeritan Jimm terakhir saat kusadari sebuah peluru menembus dadaku.Jasku yang tadinya berwarna putih berubah seketika menjadi merah.Aku tergeletak bersimbah darah di lantai.
Kulihat sebuah sinar putih menghampiri mataku,ternyata itu dokter yang memeriksa keadaanku.Aku kira aku mati.Tapi seluruh tubuhku tidak bisa digerakkan.
“Jangan banyak bergerak dulu,berbaring saja,ya?”ucap Jimm.”Louis berhasil kulumpuhkan dan sekarang ia membayar seluruh kejahatannya di penjara,maaf bila ia benar benar ayahmu,aku hanya melaksanakan tugas”
Aku hanya terdiam,tanpa sadar aku menitikkan air mata.”Jangan disesali Karinna,kau masih bisa menjenguk ayahmu disana,misi kita untuk membunuh Louis gagal total,tapi ia akan segera dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan negara”
“Hati hati juga terhadap langkah langkahmu,orang orang suruhan Louis masih mengejar kita,mereka tidak peduli kalau kau putri dari Louis,mereka akan membunuh kita!”kata Jimm.
Aku tidak mengatakan apa apa.Aku hanya diam saja sapanjang hari saat Jimm menemaniku dan kemudian pamit pulang saat jam besuk rumah sakit telah berakhir.Malam itu,perasaan di hatiku berkecamuk.Aku memaksakan tubuhku untuk bangkit dari kasur rumah sakit yang dingin dan keluar tanpa ketahuan seorangpun disana.
Jamku menunjukkan jam 2 malam,aku berjalan terhuyung huyung di trotoar tak jauh dari rumah sakit menuju taman kota yang dimana aku bisa melihat kegemerlapan langit malam.Sesampai di taman kota aku duduk sendirian dan manatapi bintang,juga menahan sakit di luka tembakku ini,padahal lukaku ini benar benar masih segar,sakitnya bukan main saat aku mencoba menghela nafas,seolah aku menelan darah di tenggorokkanku.
“Ibu...Angel...andai kalian disini,aku ingin mati saja.Aku tidak tahu ayah seperti itu.Aku benci ayah.Ibu...Angel....apa kalian dengar????Aku rindu kalian..”aku berteriak teriak sendirian,taman sangat sepi waktu itu.Hingga kusadari seseorang atau bahkan sekelompok orang mengawasi gerak gerikku.Astaga,bahkan aku lupa peringatan Jimm saat di rumah sakit tadi.
“Kau belum mati yah?Gadis muda?”ucap seorang pria.Astaga,dia anak buah Louis.
“Aku sudah lemah,kalau mau,bunuh saja aku”
“Klasik sekali ya,kau mau mati?”
Tak lama aku mendengar suara tembakan dari belakangku,ah itu Jimm!!Dia menembak orang tadi.
“Karinna ,lari!!”
Kulihat Jimm disergap segerombolan pria ,aku berusaha lari,tapi aku sulit bernafas hingga darah mengalir segar dari mulutku.Aku hanya mengendap endap di semak mengawasi Jimm,lagi kudengar suara tembakkan .Firasatku benar,Jimm tertembak dan kemudian terkapar ditempat.Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sedikitpun,bagaimana aku bisa lari atau menghampiri tubuh Jimm??Pengelihatanku sudah berkurang,dan kusadari seolah inilah akhir dari hidupku.
Mulai terlintas semua masalaluku,seolah semua seperti film yang diputar ulang dipikiranku.Aku semakin sulit bernafas.Kutatap bintang untuk terakhirkalinya,langit seolah tersenyum padaku dan lagi kulihat bintang jatuh yang kata Tante Amanda tidak pernah ada.Kudengar langkah mendekatiku.
“Karinna..!!”itu teriakkan Jimm yang terakhir meneriakkan namaku.
Tidak akan ada yang merasa kehilangan aku.Itu pasti,hidupku memang tidak berarti.
Seharusnya aku mati dari awal aku dilahirkan.


Karinna Melfrant Laurence


**the end**